Selasa, 08 Februari 2011

Jangan repot-repot, mbak !

Bekerja selama beberapa bulan di apotek yang ada di daerah pelosok memberikan pengalaman tersendiri. Setidaknya, ada saja cerita lucu yang tak pernah bisa lepas dari ingatan, mulai dari tingkah laku para salesman hingga pasien atau pengambil obat.

Para salesman kerap mengeluh karena dari setiap jenis barang yang ditawarkan, yang dibeli cuma satu. Dari situ muncul istilah "sayang ibu", menyitir lagu "Satu, satu, aku sayang ibu...". Sindiran itu malah akhirnya menjadi semacam kata sandi bagi kami setiap kali ingin membeli barang dalam jumlah sedikit atau satu unit saja.

Sementara itu tingkah para pasien yang menebus obat juga tak kurang sering mengundang senyum. Seperti biasa, apotek selalu menanyakan alamat penderita sebeelum resep dilayani. Maksudnya agar pasien mudah dihubungi apabila sewaktu-waktu diperlukan, entah keliru obat atau apa, selain juga untuk kepentingan administrasi. Namun masih saja ada pasien yang tidak memahami maksudnya, malah terkadang sulit memberikan alamatnya ketika diminta. Seandainya pun dijawab, ada yang memasang pandangan curiga. Tetapi ada juga yang tersenyum-senyum nakal - yang ini pria tentunya. "Rumah saya dekat-dekat sini kok, mbak. Itu yang di sebelah Utara, dekat pos jaga itu lo !" Wah, dikiranya kita mau main ke rumahnya.

Yang tak kurang lucu, ketika ditanya mau copy-nya atau tidak, si pengambil obat malah menjawab dengan malu-malu, "Terima kasih mbak, jangan repot-repot!". Wualah, ke-ge'er-an (gede rasa), dikiranya kita mau menyuguhkan segelas kopi panas !. Padahal yang dimaksud dengan copy resep itu kan satu salinan resep yang suatu kali bisa dipakai lagi untuk menebus obat yang sama dalam resep itu sewaktu obatnya habis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar