Selasa, 25 Januari 2011

Karir arsitek

Dalam sebuah survei, profesi arsitek berada di peringkat kedua paling rendah (dari bawah) dalam hal mencapai kebahagiaan dibandingkan dengan beberapa profesi seperti dokter, pengacara, bankir, agen asuransi dan lain-lain.  Hal yang menyebabkan ini terjadi adalah tak lain karena hampir semua arsitek harus melalui proses belajar yang cukup panjang dan sangat berat.

Jika faktor kesuksesan dilihat dari sisi finansial, maka apa yang mereka capai relatif kecil dibandingkan dengan profesi yang lain. Andaikan ada pemilihan 5 orang tersukses dalam setiap profesi di Indonesia. Hampir bisa diperkirakan penghasilan lima arsitek tersukses di negeri ini lebih kecil dibandingkan profesi yang lain.

Karir arsitek ternyata juga susah miskinnya. Karena saat ini, arsitek sangat dibutuhkan di negeri yang sedang giat-giatnya membangun. Terlepas dari rendahnya penghasilan seorang arsitek, ketersediaan pekerjaan di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan negara maju. Why ? Karena negara maju rata-rata sudah berkembang dan jarang ada pembangunan baru.

Karir arsitek beresiko cukup rendah. Sebagai konsultan, kenyataan di lapangan jarang berhadapan dengan resiko keuangan yang tinggi, sebab kemungkinan terburuk bagi seorang arsitek adalah tidak dibayar. Itu berarti risiko tkita hanya di biaya overhead saja. berbeda dengan kontraktor pelaksana yang resikonya sangat tinggi. Selain biaya sendiri, juga ada biaya matrerial, pinjaman dari bank dan lain-lain.

Jadi, yang menjadi berita buruk dari profesi ini adalah profesi arsitek susah "kaya" tetapi kabar baiknya adalah susah "miskin"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar